Perjalanan Terakhir
Pagi ini aku dan ke tujuh orang
teman ku akan pergi berkemah di sebuah hutan, kami memutuskan untuk berkemah di
akhir pekan ini selama dua hari yaitu sabtu dan minggu.
"Tinn-tin-tinnnn," terdengar suara klakson mobil dari luar pagar, aku
pun segera keluar rumah lalu berteriak pada mereka dari pintu "Sebentar,
gue pamit dulu." setelah berpamitan kepada orang rumah, aku keluar sambil
membawa tas dan mengahampiri mobil "Wah, udah lengkap semua nih?"
kata ku bertanya pada mereka. Ku lihat di dalam mobil sudah ada Kemal yang
menyetir, di sampingnya Davin dan bangku tengah ada Ara, Syafiq sedangkan di
bangku paling belakang ada Nala, Tania, dan Bagas."Ayok berangkat tinggal
lo doang," jawab Kemal. Aku pun segera masuk ke dalam mobil dan duduk di
samping Ara.
Kami pun berangkat pukul 9 pagi
dari rumah Ku, karena perjalanan untuk sampai tujuan memakan waktu 3 jam kami
pun selama di perjalanan asyik berbincang bincang, menyanyi, mengobrol tentang
berbagai hal yang menarik. Sampai tiba di suatu persimpangan saat kami semua
sedang asyik mengobrol tiba-tiba Davin berbicara "Guys semua maafin ya
kalo selama ini gue banyak salah sama kalian," kata Davin sambil menengok
mengahadap kami di belakang. "Vin vin lo kesambet apa sih tiba-tiba minta
maaf," kata Syafiq ketus. "Tau nih inget ya kejailan lo tuh banyak
banget kayaknya gak bakal gua maafin," Timpal Nala. "Yah namanya
hidup kita kan gak pernah tau, gak ada salah nya kan minta maaf," kata
Davin. "Iya Vin iya kita maafin yang penting hari ini kita happy dulu
liburan ya, kalo nanti udah masuk kuliah udah mikirin tugas, mana sempat begini
lagi," kata Syafiq "Iya mana sempat, keburu telat," kata Ara.
Kami pun mengobrol kembali. Aku merasa ada yang aneh dengan Davin, dia yang
biasanya ceria hari ini terlihat lebih pendiam, entah yang lain merasakannya
atau tidak, tetapi Davin masih mencoba menghibur kita dengan beberapa
leluconnya.
Akhirnya kami sampai di hutan
tempat kami berkemah, ternyata sudah banyak orang yang mendirikan tenda
akhirnya kami masuk lebih dalam mencari tempat yang lebih sepi, kami mendirikan
3 tenda, 1 tenda berukuran besar untuk para perempuan dan 2 tenda sedang untuk
para lelaki, setelah mendirikan tenda kami pun mencoba memasak. Kemal membawa
kompor portable dan kita para perempuan membawa bahan makanan yang mudah untuk
di masak. Kita pun menikmati makanan sambil mengobrol, Davin mencoba membuat
beberapa lawakan yang membuat kita tertawa sambil meledeki Nala dan Tania,
mereka berdua sudah kebal diledeki oleh Davin. Kita berteman sudah cukup lama
sejak SMA sampai sekarang kuliah, walaupun kami berbeda-beda universitas kami
tetap bersama hingga saat ini. Tak lama datang seorang lelaki paruh baya datang
dan menyapa kami "Kalian tidak berkemah dengan pekemah lainnya di
sana?" tanya lelaki itu, "Tidak pak di sana sudah terlalu ramai jadi
kita ke sini sepi jadi gak keganggu," jawab Bagas. "Oh yasudah kalo
ada apa apa bilang saya ya, saya penjaga perkemahan di sini, tempat saya berada
dekat dengan warung yang ada di sana, ikuti saja jalan setapak nanti ada
warung, di sana juga terdapat toilet, di dekat sini ada sungai kalian jangan
berenang ke sana ya karena aliran sungai sedang derasnya," kata Penjaga
Perkemahan. Kami semua mengangguk mengiyakan.
Kami melanjutkan aktivitas kami,
setelah makan kami bermain uno sampai sore, aku selalu kalah bahkan hingga tiga
kali permainan, karena kalah akhirnya aku diberi hukuman untuk untuk membeli
perlengkapan yang kita butuhkan di warung, warung tersebut lumayan cukup jauh.
Nala pun mau ikut menemaniku berbelanja sekalian ia mau ke toilet, Davin juga
mengajukan diri untuk mengantarku, kami bertiga berangkat pergi ke warung yang
jaraknya kurang lebih 300m, "Zuna nanti abis kita selesai berkemah di sini
mau gak kita jalan?" tanya Davin padaku. "Jalan berdelapan Vin?"jawabku.
"Enggak, kita berdua aja gimana?" kata Davin. "Hmm.. boleh boleh
aja sih," jawabku."Tuh kan males banget gue jadi nyamuk di
sini," kata Nala. Davin hanya tertawa kecil. Kemudian kami sampai di
warung sedangkan Nala langsung cepat menuju toilet. Setelah kami membeli
belanjaan yang dibutuhkan kami kembali ke tenda. Di sana ternyata yang lain
sudah mencoba membuat api unggun karena hari mulai gelap.
Malam pun tiba kami duduk mengitari
api unggun, kemudian kami menyanyikan lagu "Sampai Jumpa" lalu Bagas
yang memainkan gitar, semua terlihat sangat senang tapi entah kenapa Aku merasa
seperti perasaan kosong, semacam perasaan hampa, padahal hari ini harusnya Aku
sangat senang bisa berkumpul dengan mereka. Kemudian Davin berdiri dan berkata
"Teman-teman semoga sampai 10 tahun kedepan kita masih bersama ya, kalau
salah satu dari kita sukses jangan sombong ingat hari ini kita sampai 10 tahun
kedepan kita akan sama-sama terus, JANJIII," kata Davin. Semua serempak
menjawab "JANJIIII" teriak semua sambil mengacungkan kelingking.
"Oiya gue pengen ngungkapin sesuatu, dimohon untuk Zuna berdiri,"
kata Davin. Dalam hati aku langsung "loh kok Aku, apalagi nih". Semua
pun teriak menyoraki sambil bilang "AYO BERDIRI, BERDIRI," Aku pun
berdiri sambil malu malu, kemudian Davin mendekat lalu dia merogoh kantongnya
dan mengambil sesuatu "Zun sebenernya udah tiga tahunan gue mendam
perasaan ini, gue cuma mau ungkapin gue suka sama lo, lo gak perlu bales rasa
ini gue udah cukup seneng bisa ungkapin ini di depan temen temen, gue mau lu
nerima ini," Kata Davin sambil menyodorkan sebuah kalung dengan huruf Z.
Aku pun menerima kalung tersebut, semua menyoraki kami berdua. Kami semua
kembali bernyanyi, Aku masih merasa gugup dengan pernyataan Davin tadi, hari
pun semakin malam kami memutuskan untuk tidur. Saat di dalam tenda Aku
mendengar Davin bilang pergi ke kamar mandi kepada Syafiq, setelah itu tidak
terdengar suara lagi karena sudah mengantuk Aku pun tertidur.
Pagi tiba, kami di bangunkan oleh
Syafiq yang bilang bahwa Davin tidak ada di tenda. Syafiq bercerita tadi malam
Davin sempat izin ke kamar mandi tapi tidak mau diantar, akhirnya Syafiq
menunggu di tenda sampai ketiduran selepas ia bangun Davin masih tidak ada di
tenda. Kami pun akhirnya memutuskan untuk mencari ke sekitar sampai ke tempat
perkemahan yang ramai tapi tidak ada, lalu kami memutuskan menemui penjaga
perkemahan dan bercerita tentang apa yang terjadi, karena penjual warung sudah
melihat wajah Davin ia pun bilang sejak belanja ke warung kemarin sore ia tidak
sama sekali melihat Davin ke sini. Akhirnya para penjaga perkemahan lain pun
mencari Davin ke seluruh hutan tapi hasil nya nihil, sampai salah satu penjaga
menghampiri kami dan bilang menemukan sandal dekat sungai, sandal itu punya
Davin kami semua merasa sangat cemas Ara bahkan sampai menangis. Salah satu
penjaga akhirnya menelfon polisi. Tak lama polisi datang dengan gabungan Tim
Sar untuk menyusuri sungai, polisi menyuruh untuk kami menelfon keluarga Davin
untuk datang ke sini. Polisi mengidentifikasi bahwa Davin terpeleset saat
melihat ke arah sungai sampai menyebabkan tenggelam, karena arus yang cukup
deras mengakibatkan sulit untuk berenang. Aku pun sangat cemas bahkan sampai
menangis juga, kami menunggu di dekat sekitaran sungai sampai satu jam kemudian
Tim Sar datang dengan membawa kantung mayat, Aku sangat gemetar sampai sampai
lututku lemas sekali, lalu menangis sejadi jadinya. kami semua menangis tidak
menyangka ini semua akan terjadi, Syafiq merasa sangat bersalah karena tidak
menemaninya ia menyalahkan dirinya sendiri. Aku bahkan shock sekali padahal
baru tadi malam ia mengungkapkan perasaanya, tetapi setelahnya ia langsung
pergi, bahkan aku belum sempat menjawab perasannya. Ternyata ini jadi
perjalanan terakhir bagi dia, pantas Aku berfirasat tidak enak selama berkemah,
ternyata kami kehilangan satu teman, sahabat yang sangat berharga. Terima kasih
Davin selama ini membuat kami tertawa, ceria.dan bahagia, kami akan selalu
ingat kata-kata mu, bahwa kami akan selalu bersama sepuluh tahun ke depan dan
sepuluh sepuluh tahun berikutnya. Selamat jalan. TAMAT.
0 Komentar